onlinentt. com-NTT, –Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT, Dr. Jelamu Ardu Marius, M.Si kepada pers di Kupang, Rabu (06/05/2020) malam, mengaku apapun caranya pada bulan Juni 2020 mendatang, penyebaran Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19, harus putus.
“Berbagai upaya dan strategi yang dilakukan pihak pemerintah telah dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat guna mencegah penyebaran Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19 di Indonesia, termasuk di Provinsi NTT, (Prov-NTT), ” ungkap Jelamu.
Menurut Kabiro dan Protokoler Setda NTT asal daerah Manggarai ini, Presiden Jokowi dalam arahannya, tadi malam telah menginstruksikan agar dengan cara apapun, pada bulan Juni ini harus sudah diputus mata rantai penyebaran Covid-19,” tandas juru bicara gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 di Provinsi NTT ini.
Dia menjelaskan, jika belum dapat dilakukan pemutusan penyebarannya namun minimal kurva angka-angkanya harus ada penurunan.
“Harus diturunkan dari kurva yang naik dengan cara apa pun. Ini perintah Presiden yang juga berlaku untuk kita di NTT,” tegas Marius.
Tujuannya ditambahkan Jelamu, untuk bisa mengontrol secara ketat arus mudik bahkan dan sudah ada perintah untuk tidak melakukan mudik dari kota ke desa dan dalam wilayah masing-masing.
“Semua ini hanya untuk bisa dipastikan mata rantai penyebaran virus corona ini bisa terputus. Logika sederhananya, virus ini menyebar dari orang ke orang. Begitu si A bertemu si B maka menular ke B. Kemudian, B bertemu si C akan tertular pula hingga akhirnya merambat ke selanjutnya. Kita bisa lihat bagaimana pergerakan orang berbarengan dengan virus begitu cepat penularannya. Ketika ada lalu lintas manusia; ada lalu lintas individu yang saling bertemu atau saling melakukan kontak,” ungkap Marius.
Karena demikian, ditambahkan Jelamu, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia, meminta supaya perlu dilakukan pemutusan mata rantai penyebaran virus ini dengan cara, menghindari kerumunan atau tidak menciptakan kerumunan.
“Dalam Bahasa Inggris kita sering dengar social distancing. Kemudian setelah social distancing itu dideklare secara internasional; WHO menilai bahwa tidak cukup dengan menghindari kerumunan atau tidak menciptakan kerumunan tetapi juga lebih mikro yaitu physical distancing atau jaga jarak antara orang. Logikanya juga sangat sederhana karena ketika saya batuk atau bersin droplet yang keluar dari mulut saya atau hidung saya akan jatuh atau melekat di tangan teman kita atau masuk di hidungnya atau masuk di mulutnya maka jadi tertular,” ujar Marius.
Ardu Marius juga menjelaskan, sesuai jadwal hari Kamis (07/06/2020) Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wagub Josef A. Nae Soi akan meninjau laboratorium Polymerase Chain Reaction, (PCR), di RSUD Prof. Dr. W.Z. Johanes Kupang.
“Esok laboratotium PCR kita akan memulai beroperasi. Jadi semua spacemen swab yang ada di Kupang dan di berbagai daerah akan diperiksa di laboratorium.
Halaman : 1 2 Selanjutnya