onlinentt.com-Dalam keseharian, Bei Seuk sering mencari Ikan kecil, kepiting, taripang dan berbagai jenis sayur di laut, saat air surut, (red=Sebutan dialeg setempat=makan meting).
Hari itu, Bei Se’uk/Se’u Randa/Bula Se’uk/Bula Randa, yang hendak pergi makan meting, sebelum pergi meminta kepada kedua cucunya, agar biji beras yang mau di tanak nanti, kiranya dipakai hanya seperempat.Tidak boleh digunakan seutuhnya.
Konon, di kehidupan Bei Seuk dan kedua cucunya segala tumbuhan dan pepohonan baru berbiji dan berbuah satu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Amanat Bei Se’uk demikian, kemudian, lalu ke dua cucunya sepakat untuk saling mengingatkan.
Lalu pergilah Bei Seuk, sementara ke dua cucu pun asyik bermain congklak, (red=sebuah permainan anak-anak atau orang dewasa tempo dulu, dengan membuat lubang kecil di tanah, lebih kurang sebanyak 10 buah lubang yang saling berhadapan. Kemudian, lubang-lubang itu diisi dengan batu-batu kerikil kecil/biji enau/gewang, kelereng atau sejenis, kurang lebih lima biji.
Permainannya, batu-batu kerikil kecil/biji enau/gewang, kelereng atau sejenis, dipindahkan dari lubang yang satu ke yang lain. Pemain dalam permainan ini terdiri dua orang dengan duduk saling berhadapan.
Permainan congklak pun semakin seru dan kedua cucu Bei Seuk benar-benar sangat menikmatinya.
Hal yang sama pula dialami oleh Bei Seuk. Meski pun Lu’a Tasik, (tempat menaruh ikan atau lainnya. Biasanya digunakan saat makan meting oleh wanita etnis Rote), sudah penuh dengan hasil tangkapan, seperti Ikan, kepiting, gurita, tik,(sebuah binatang laut yang durinya sangat tajam dan berdiri tegak, kalau tertusuk tangan atau kaki perih dan berdarah, taripang dan sayur laut dan air laut yang sudah kembali pasang, Bei Seuk belum urungkan niatnya untuk berhenti mencari ikan.
Sementara, di tempat terpisah, kedua cucu Bei Seuk, baru teringat kalau mereka belum menanak nasi. Sehingga mereka tergesa-gesa dan buru-buru menanak nasi.
Hal itu membuat mereka lupa akan pesan Bei Seuk, bahwa bila menanak nasi maka biji beras harus dipatah dan diambil seperempatnya untuk ditanak.
Biji beras yang ditanak secara utuh itu mengakibatkan air nasi, (red=kakau oek/aau oek=sebutan dalam dialeg orang Ti dan Dengga/Dengka), mendidih dan menguap serta meleleh sampailah ke laut.
Bersambung ke Episode berikutnya. Akan semakin seru dan hanya ada di onlinentt.com.
Tulisan dengan judul, :Leluhur Etnis Rote Tinggal di Bulan ?,” ini hanya sebuah mitos dan atau dongeng dari generasi ke generasi dalam kalangan etnis Rote, khususnya orang Ti yang dituliskan dalam narasi untuk mengenangnya kembali sebagai ceritera rakyat etnis Rote. Tidak ada kaitan dengan kepercayaan apapun itu. Dan sekedar diketahui bagi pembaca onlinentt.com, bahwa akan ada penulisan tentang sejarah, ceritera-ceritera rakyat lainnya. Selain itu, seluruh materi tulisan yang terpulish di media syber onlinentt.com, telah dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta.